Selamat datang bagi teman-teman yang ingin mencari informasi tentang ilmu pengetahuan, renungan harian dan berbagai hal dan juga dapat berbagi hal di sini...!!!

Rabu, 27 Oktober 2010

Tanggal 27 Agustus 2010, PW. Sta. Monika

Matthew 25:1-13 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Renungan:
Pilihan Hidup untuk Berjaga-jaga
Hidup ini adalah suatu pilihan. Hidup itu memang membuat setiap orang harus memilih apakah yang akan dilakukannya dalam kehidupannya. Ada yang memilih untuk belajar dengan sungguh-sunggu, ada yang memilih untuk ikut kampanye menjadi anggota Legislatif maupun Eksekutif baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, tetapi ada juga yang memilih untuk tidak berbuat apa-apa.
Perikop di atas ingin mengatakan kepada kita bahwa ada banyak orang yang memilih untuk selalu berjaga-jaga terhadap apa pun yang akan mereka hadapi, tetapi ada juga orang yang mengira bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar saja. Tanpa periapan yang maksimal, orang akan cenderung seperti kelima gadis bodoh itu, mereka memilih untuk tidak membawa cadangan minyak karena mereka merasa bahwa apa yang mereka bawa sudah cukup.
Kelima gadis yang pintar di atas adalah contoh orang yang berjaga-jaga. Mereka memilih pilihan yang sangat tepat dalam hidup. Mereka tidak menggap enteng segala sesuatu. Itulah piliha yang bisa membuat mereka tidak ketinggalan pesta.
Demikianlah juga dengan Santa Monika yang kita peringati hari ini. Dia berani untuk memilih menjadi taat kepada ajaran kristus. Dengan berdoa yang taat, dia mempersiapkan semua keluarganya untuk mengikuti Kristus. Dan ternyata semua persiapan itu tidak sia-sia dan membuahkan hasil yang maksimal, sehingga melahirkan pribadi seperti Agustinus.
Kita juga sudah selayaknya memilih pilihat yang terbaik yakni untuk selalu berjaga-jaga dalam doa. Dan yakinlah bahwa kita akan mendapatkan hasil yang maksimal dari Allah, karena kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri tetapi juga kekuatan Allah. Amin

Rabu, 16 Juni 2010

Konsep Tentang Seni Menurut Gadamer

A. Pendahuluan
Seni selama ini hanya dianggap sebagai suatu wadah untuk menyalurkan ekspresi pribadi. Seni juga sering diartikan sebagatas musik, gambar, drama, atau banyak dunia iburan yang lain. Orang mengira seni itu hanya sebatas ruang lingkup itu. Mereka tidak mengerti bahwa seni sebenarnya lebih dari sekadar dunia hiburan dan wadah mengekspresika diri.
Hans-Georg Gadamer, seorang penulis kontemporer di bidang hermeneutik memikirkan hal lain tentang seni. Dia memikirkan seni lebih dari apa yang selama ini dipikirkan orang kebanyakan. Gadamer memikirkan seni dari sudut filsafat. Dia berpikir bahwa di dala seni kita akan menemukan kebenaran.
Saya adalah salah seorang penggemar seni seperti apa yang dilihat oran selama ini. Saya sering mengatakan diri saya sebagai seniman. Saya selama ini menekuni bidang musik. Saya mengembangkannya sebagai bagian adari diri saya sendiri. Saya benar-benar menghidupi musik dan hidup dalam musik. Saya mengira kalau sini hanya sebatas menyanyi dan membuat musik.
Akan tetapi, saya harus meninjau kembali apa yang saya pikirkan itu. Saya harus melihat seni dari sisi yang lain. Saya tidak ingin terjebak dalam pandangan sempit saya. Oleh sebab itu saya ingin mencoba melihatnya dari sudut pandang hermeneutik. Saya akan mencoba mengikuti pemikiran Gadamer tentang seni.
Saya akan mencoba memahami pandangan Gadamer ini. Saya akan menuangkannya dalam karya tulis yang sedang saya buat ini. Saya berharap dapat memahami pemikiran ini dan menjelaskannya dengan baik dalam karya tulis ini. Saya juga hanya mengambil hanya dari buku E. Sumaeyono tentang Hermeneutik – Sebuah Metode Filsafat. Saya kemudian mencoba memahaminya dan menjelaskannya seperti yang saya mengerti.

B. Hubungan Hermeneutika dan Bahasa
1. Perkembangan Hermeneutika
Gadamer adalah seorang filsuf kontemporer. Dia menekuni bidang hermeneutika. Akan tetapi apakah hermeneutika itu? Ini suatu pertanyaan yang pertama-tama harus kita jawab.
‘Hermeneutik’ berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani hermeneuein yang berarti ‘menafsirkan’. Kata ini dapat dibandingkan juga dengan kata benda hermeneia yang berarti penafsiran atau interpretasi. Dengan kata lain, hermeneutikan adalah ilmu tentang penafsiran. Apakah ini termasuk kitab suci, atau bahkan hanya kepada kitab suci sajakah?
Awalnya, hemeneutika hanya ditujukan untuk menafsirkan kitab suci. Ini bisa jadi karena pada masa itu, orang masih memfokuskan diri dengan hidup rohani. Kita bisa memahami hal ini, karena pada saat itu kekristenan memang sedang berkembang. Saya juga melihat betapa pentingnya hidup rohani pada masa itu.
Dalam perkembangannya, hermeneutik menjadi tidak terbatas dalam penafsiran kitab suci. Hermeneutik menjadi ilmu yang sangat luas cakupannya. Hermeneutik sekarang bahkan mencakup filsafat.
Hermeneutik masuk filsafat sebenarnya tidak dimuliai pada jaman modern ini. Hermeneutik sudah dilibatkan dalam penafsiran teks-teks filsafat sejak jaman para filsuf Yunani Kuno. Kita dapat melihatnya pada tokoh mitologi Yunani Kuno yang bernama Hemes, seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada Manusia. Inilah jugalah yang ditekuni oleh Gadamer, tokoh yang pemikirannya akan kita bahas kali ini.
2. Hermeneutik dan Bahasa
Hermeneutik pada dasarnya berhubungan dengan bahasa. Bahasa merupakan ekspresi kehidupan kita. Melalui bahasa kita dapat melakukan apapun. Kita dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui bahasa. Kitada dapat mengekspresikan diri kita juga melalui bahasa. Bahkan, kita beraktifitas dalam kehidupan kita sehari-hari juga berkat adanya bahasa.
Manusia sebagai makhluk sosial juga membutuhkan bahasa. Jika bahasa tidak ada, manusia tidak berada dalam dirinya sendiri sebagai makhluk sosial. Ini dikarenakan dia tidak lagi dapat bergaul dengan manusia lainnya. Bagaimana mungkin manusia dapat disebut sebagai maluk sosial.
Hermeneutik adalah cara baru untuk ‘bergaul’ dengan bahasa. Bahasa dapat menjadikan orang semakin mengerti apa yang orang lain komunikasikan kepada kita. Bahasa akan memungkinkan kita untuk membuat orang mengerti apa yang kita pikirkan. Bahasa juga akan mampu dengan kata lain membuat kita dan orang lain semakin mengerti satu dengan yang lain. Dengan kata lain, bahasa akan membuat kita mampu menangkap apa yang orang inginkan dari kita.
Bahasa menjadikan orang semakin mengerti kebudayaan yang mereka miliki. Bahasa menjadikan orang semakin berani menanyakan identitas pribadi mereka. Dengan kata lain, bahasa membatu setiap orang semakin mengenali dirinya. Hermeneutika membuat orang dapat berinteraksi dengan orang lain dan menjadi diri mereka sendiri.

C. Hermeneutik dan Seni dalam Berbahasa
1. Seni sebagai bagian dari Kehidupan Manusia
Saya melihat bahwa orang kebanyakan hanya melihat seni sebatas mereka dapat memandangnya. Banyak orang hanya melihat seni hanya sebatas dapat menghibur atau dapat membuat mereka merasa puas. Banyak orang hanya melihat seni sebatas mereka dapat membuat suatu yang sama sekali baru dan unik.
Banyak orang hanya menganggap seni sebagai tempat dimana mereka dapat menghasilkan banyak uang. Seni menjadi tempat untuk selalu eksis dalam kehidupan dan memperoleh apa yang mereka inginkan selama ini. Seni hanya sebagai pelampiasan bagi orang-orang yang menganggap dirinya seniman.
Seni sebenarnya menjadi salah satu wujud keindahan yang tak ternilai harganya. Seni seharusnya menjadi cerminan pribadi dari masing-masing orang yang berkecimpung di dalamnya. Seni juga seharusnya menjadi wujud dari cinta. Seni boleh dikatakan menjadi bagian dari hidup setiap orang.

2. Paham tentang Seni Menurut Gadamer
Untuk pembahasan bagian ini, baik kita mulai dari latar belakang Gadamer sendiri. Gadamer memiliki pengalam yang amat dalam tentang seni. Gadamer percaya kalau seni memiliki suatu kebenaran. Seni ditempatkan dalam persfektif baru. Dia melihat suatu kedalaman dalam seni. Gadamer percaya bahwa kebenaran yang dapat kita peroleh dari seni adalah kebenaran yang menurut faktanya “menentang semua jenis penalaran”. Seni tidak hanya menyangkut lukisan, musik, syair puisi dan lain sebagainya. Seni menjadi bagian terdalam dari semuanya itu. Seni merupakan makna yang dapat diambil dari semuanya itu.
Gadamer membahas empat konsep tentang manusia yang memperkaya hermenutik. Keempat konsep: bildung atau kebudayaan, sensuscommunis atau ‘pertimbangan praktis yang baik’, pertimbangan dan taste atau selera. Saya akan mencoba mengungkapkan keempatnya pada bagian ini sejauh dapat saya mengerti.

a. Bildung
Bildung adalah konsep-konsep yang meliputi seni, sejarah, pandangan dunia, pengalaman, ketajaman pikiran, dunia eksternal, kebatinan, ekspresi atau ungkapan, stile atau gaya dan yang kesemuanya itu kita mengerti saat ini sebagai istilah di dalam sejarah. Bildung merupakan konsep yang menunjukkan kebudayaan. Bahkan bisa jadi lebih dari itu. Dalam bukunya, E. Sumaryono menjelaskan kembali apa yang diungkapkan oleh Gadamer dengan mengatakan kalau bildung lebih dari sekedar kebudayaan. Bildung yang dimaksud oleh Gadamer dalam hal ini bisa jadi mencakup keseluruhan yang ada di dalam kebudayaan itu. Oleh sebab itu, hermeneutika membahas segala unsur kebudayaan sampai ke kedalamannya.

b. Sensus Communis
Gadamer menggunakan ungkapan ini bukan sebagai ‘pendapat umum’ atau pendapat kebanyakan orang umumnya, melinkan pertimbangan praksis yang baik. Sensus communis bukan mau melihat bagaimana orang berpendapat, akan tetapi mutu dari pendapat itu. Ini mengibaratkan orang wajib mempertimbangkan setiap pendapat yang mereka ambil. Jadi, hasil dari pertimbangan itu harus benar-benar memberi pengaruh yang baik bagi setiap orang. Ini bisa jadi sangat mirip dengan apa yang tertera pada konsep ketiga nanti yakni mengenai ‘pertimbangan’. Hanya saja, konsep ini lebih merujuk pada hasil yang akan di capai.

c. Pertimbangan
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, konsep ini benar-benar mempunyai kemiripan dengan konsep di atas. Konsep ini juga akan menetukan bagaiman hasil akhir yang akan didapat. Pertimbangan sifatnya adalah universal, namun bukan berarti berlaku umum. Saya sendiri tidak terlalu mengerti mengenai konsep ini dan penjelasannya. Saya merasa bingung antara perbedaan universal dan umum. Ini mungkin bisa menjadi pertanyaan sendiri bagai saya untuk lebih diperdalam.

d. Taste atau Selera
Gadamer berpendapat kalau selera sama dengan rasa, yaitu dalam pengoperasiannya tidak memakai pengetahuan akali. Ini sangat sulit untuk dimengerti. Saya awalnya berpikir soal makanan atau hobi, atau apa saja yang berkaitan dengan apa yang diminati bersama. Akan tetapi, apa yang dipahami oleh Gadamer dalam hal ini mungkin sekali bukan itu.

D. Analisa Pribadi
Apa yang dipahami oleh Gadamer mengenai seni memang semakin membukan mata saya terhadap seni. Saya menganggap seni hanya sebatas musik, lukisan dan lain sebagainya tanpa melihat makna terdalam dari seni itu sendiri. Seni merupakan suatu bagian dari hidup yang mungkin mempunyai makna yang paling dalam.
Seni bukan tidak semestinya dilihat dari apa itu karya seni. Seni memang harus dipandang dari kedalaman karya seni itu. Apa sebenarnya yang mau ditunjukkan dari karya seni yang sedang ditampilkan. Gadamer benar dalam hal ini. Dan saya setuju kalau karya seni itu harus dilihat dari makna yang terkandung di dalamnya. Inilah yang dimaksud oleh Gadamer sebagai seni yang sebenarnya, yaitu tafsiran terdalam dari pengalam hidup setiap manusia.






Daftar Pustaka
Sumaryono, E, Hermeneutik – Sebuah Metode Filasafat, Jogjakarta: Kanisius, 1993

Rabu, 05 Mei 2010

Politik Hancur Lebur

Refleksi Awal
Banyak orang pasti ingin menjadi seorang, yang dapat mengabdikan diri kepada bangsa dan Negara. Kita tentu ingat bagaimana para pejuang bangsa ini untuk mempertahankan bangsa dan Negara. Mereka sampai rela untuk mengorbankan apapun untuk kemerdekaan bangsa ini.
Keadaan itu mungkin akan sangat susah untuk direalisasikan untuk saat ini. Banyak orang sudah tidak ingin membela bangsa ini. Jangankan membela, untuk mendukung pemerintah juga sepertinya sudah tidak mau. Lalu apa yang membuat semua itu? Ada apa dengan Negara ini? Setelah lebih dari 60 tahun merdeka, rakyat harusnya semakin menyayangi negeri ini? Pengorbanan yang sejak dulu ditunjukkan oleh pejuang negeri ini, tidak dapatkah menambah cinta setiap orang di negeri ini? Apa sebenarnya yang terjadi dengan bangsa ini?
Kita mulai saja dari masa kisis moneter tahun 1998 yang lalu. Masa itu, reformasi mulai didengungkan di seluruh Indonesia. Periode Orde Baru pun berakhir, dan periode Reformasi mulai dibangkitkan. Banyak orang berharap, demokrasi akan semakin dimunculkan. Banyak rakyat berharap, mereka akan semakin bebas mengutarakan apa yang mereka aspirasikan.
Kemudian, sistem pemilihan dewan legislatif dan pemimpin negara ini pun semakin berbeda. Dengan mengatasnamakan demokrasi, rakyat diberi kebebasan untuk memilih langsung anggota legislatif dan eksekutif. Harapan rakyat Indonesia semakin melambung untuk tercapainya kesejahteraan mereka. Setiap orang di negeri ini, meletakkan harapan mereka pada orang yang mereka pilih, menjadi wakil mereka di pemerintahan. Lalu, apa yang membuat rakyat malah tidak dapat mencintai negaranya sendiri? Padahal, semua yang diharapkan rakyat telah terlaksana. Lalu, apa yang harusnya kita perbaiki dari negara ini agar rakyat mau lagi mencintainya seperti dahulu kala?
Kita tentunya harus membangkitkan lagi rasa cinta itu dalam hati rakyat negara ini. Kita harus membuat rakyat percaya kepada pemerintah, bahwa semuanya bisa diperbaiki lagi. Rasa cinta itu harus ditumbuhkan di hati setiap orang di negeri ini. Ini harus dimulai dari pemerintah sendiri, bukan mental rakyat yang harus dirubah. Pemerintah harusnya sadar bahwa permerintahlah yang menyebabkan semua ini. Pemerintah sendiri harus menyadari mentalitas aparaturnya yang belum berubah pasca reformasi. Banyak anggota legislatif maupun eksekutif bahkan di pihak yudikatif yang terlibat kasus korupsi yang malah merugikan negara ini. Akibatnya, rakyat kecil yang menanggung deritanya. Kita dapat melihat penderitaan rakyat kecil melalui media massa yang ada.
Padahal para politikus hanya sibuk dengan urusan politik mereka yang tidak menentu ujung-pangkalnya. Mereka menggembar-gemborkan tentang kesejahteraan rakyat, padahal mereka sendiri tidak mengutamakan kesejahteraan itu. Mereka hanya mengutamakan kesejahteraan sendiri.

Seni Berpolitik
Sebenarnya, apa itu politik? Pertanyaan ini perlu kita tanyakan sebelum mulai berkecimpung di bidang politik. Politik seharusnya diawali dari refleksi atas pengalaman sehari-hari (Prof. Dr. Armada Ryanto, Teks Pidato pengukuhan Profesorat, 2009, hal. 9). Politik harus berangkat dari hal-hal yang kita lihat atau lakukan setiap hari. Politik bukan merupakan argumen kosong tanpa mendasarkan diri dari keprihatinan hidup. Politik harusnya menyentuh hal-hal yang nyata untuk kemudian direfleksikan, setelah itu baru ditanggapi. Jadi, para politikus tidak bicara tanpa arah yang jelas.
Politik memang tempat orang berargumen. Politik merupakan suatu diskurusus, yang mengandaikan bahasa. Politik mengandaikan kelihaian orang berbicara. Akan tetapi, politik tidak menginginkan asal lihai dalam berbicara saja. Politik memerlukan refleksi yang mendalam terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan ini. Dalam politik, kita haru jujur dan ingin membangun Negara ini dari keterpurukan.
Berpolitik berarti memperhatikan rakyat kecil. Berpolitik bukan dengan janji-janji muluk yang tidak dapat dilihat hasilnya. Politik seharusnya menjati ajang bagi setiap politikus untuk tetap kreatif dalam membangun negeri ini, bukan malah menghancurkannya secara pelan-pelan. Harusnya, kreatifitas mereka itu menjadi senjata ampuh untuk membangkitkan lagi rasa cinta masyarakat akan tanah air tercinta mereka.
Politik yang sehat juga akan menghasilkan pemerintahan yang baik sehat juga. Sebab, politik yang sehat akan menghasilkan persaingan yang sehat juga. Persaingan yang sehat sudah pasti akan menghasilkan idea, yang juga diharapkan dapat sehat dan membangun Negara ini. Dengan demikian, rakyat juga akan semakin mencintai Negara mereka.

Politik Hancur Lebur
Saya berpendapat, bahwa politik yang sedang berkembang di negeri ini adalah politik hancur lebur. Politik yang benar-benar tidak karuan. Politik yang digembar-gemborkan oleh banyak orang berpengaruh di Negara ini sangat tidak sehat. Banyak kejanggalan yang muncul dalam politik di negeri ini.
Banyaknya artis yang mendadak berkecimpung di dunia politik menjadi tren yang tidak wajar. Apalagi, para artis itu juga masih melaksanakan pekerjaan mereka sebagai artis. Ini semakin menurunkan citra mereka sebagai anggota legislatif di negeri ini. Belum lagi, mereka sepertinya tidak tahu-menahu mengenai permasalahan di negeri ini. Ini memperlihatkan bahwa sebenarnya menjadi anggota dewan bagi mereka bukanlah suatu tugas yang harus diemban dengan sekuat tenaga dan segala pemikiran. Bisa jadi, mereka beranggapa menjadi anggota dewan berarti mempunyai penghasilan yang lebih. Ini sangat kelaihatan dari ketidakpuasan anggota dewan terhadap gaji besar yang telah mereka terima, dengan masih meminta kenaikan gaji. Mereka tidak pernah melihat nasip rakyat kecil yang mungkin saja tidak bisa makan sekali dalam satu hari.
Ini menunjukkan betapa memprihatinkan nasib politik di negeri ini. Politik yang benar-benar kreatif sudah sangat susah untuk dilihat. Politik hanya sebagai alat unguk menhasilkan keuntungan bagi perorangan saja. Jika benar demikian, rakyat memang layak untuk melawan dan berontak terhada kekuasaan di negeri ini.
Pemberontakan dari terhadap pemimpin di negeri ini sudah ditunjukkan oleh rakyat sejak beberapa tahun lalu. Pemerintah wajib merefleksikan ini semua. Mereka tidak dapat lagi berpikir untuk menambah pundi-pundi kekayaan pribadi. Pemerintah harus berbenah sejak sekarang. Kalau tidak berbenah dari sekarang, pemerintah harus bersiap-siap untuk kehancuran kekuasaan mereka. Kita patut khawatir dengan keutuhan Negara ini. Perjuangan yang telah dilakukan untuk kesatuan Negara ini bisa jadi akan sia-sia belaka. Maka, kita harus maju demi kemajuan Negara ini. salah satu cara yang munkin kita lakukan adalah mengembalikan politik kepada arti sebenarnya, yakni seni berbicara yang kreatif dan membangun.

Rabu, 13 Januari 2010

Hari Biasa (H)

Senin, Tanggal 11 Januari 2010

BcE. 1 Sam. 1: 1-8; Mzm. 116: 12-13, 14-17, 18-29;
Mark 1:14-20 14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, 15 kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" 16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 17 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 18 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. 19 Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. 20 Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

Renungan
Menjadi Murid Kristus
Pada hari ini Injil menceritakan bagaimana Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama. Dalam Injil diceritakan bahwa mereka bukanlah dari kalangan yang mengerti kitab suci. Bukan pula dari orang-orang farisi maupun dari golongan imam. Murid-murid yang pertama dipilih oleh Tuhan Yesus adalah mereka dari golongan yang terlupakan dan hidup dipinggiran. Mereka adalah para nelayan. Akan tetapi, itu tidak penting. Bukan masalah pekerjaan yang menentukan siapa yang berhak dan dapat menjadi murid Kristus. Akan tetapi, menjadi murid Kristus berarti mereka yang mau menanggapi panggilan Tuhan Yesus.
Keempan murid pertama Yesus adalah dari golongan nelayan. Mereka dalam adat istiadat bangsa Yahudi tergolong dalam orang-orang terpinggirkan. Akan tetapi, merekalah orang yang mau menanggapi panggilan Yesus dengan tulus dan mau mengikuti dia dengan setia. Yesus sangat membutuhkan orang-orang seperti ini dalam menjalankan misinya. Bukan orang-orang yang mengerti tentang agama akan tetapi tidak setia dalam melaksanakannya. Sedangkan dari kalangan terpinggirkan, walaupun mereka tidak banyak tahu tentang agama, akan tetapi mereka mau setia melaksanakan dan menjalankan dalam hidup mereka.
Perutusan yang ditawarka oleh Yesus bukanlah perutusan yang gampang dan menyenangkan. Perutusan yang ditawarkan oleh Yesus penuh dengan tantangan dan resiko. Banyak orang yang tidak mau mengikuti jalan ini. Akan tetapi, jika ingin menjadi murid Kristus, harus melalui jalan yang amat susah ini. Bahnyak hal akan menjadi penghalang bagi siapa pun yang ingin mengikuti Kristus.
Kitapun sebagai seorang Kristiani, yang menamakan diri sebagai murid ataupun pengikut Kristus, harus senantiasa mengerti akan penderitaan yang akan kita tanggung dan kita hadapi setiap hari. Oleh sebab itu, marilah kita mengikuti teladan Kristus dan menjadi pengikut serta murid-Nya yang setia

Doa
Bapa, Jadikanlah kami menjadi pengikut PuteraMu yang setia. Amin.

Hari Biasa Setelah Penampakan Tuhan (P)

Sabtu, Tanggal 9 Januari 2010

BcE. 1 Yoh. 5: 14-21; Mzm.149: 1-2, 3-4, 5, 6a, 9b;
John 3:22-30 22 Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. 23 Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, 24 sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. 25 Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. 26 Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." 27 Jawab Yohanes: "Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. 28 Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. 29 Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. 30 Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

Renungan
Melayani dengan Tulus
Injil hari ini mungkin membuat kita bertanya-tanya siapakan sebenarnya yang benar diantara kedua tokoh yang disebutkan sama-sama membabti di tempat yang berdekatan itu. Dalam injil diceritakan, ada perselisihan antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi yang datang kepadanya. Mereka mempersoalkan, kenapa Yesus membabtis juga dalam waktu dan tempat yang sama dengan Yohanes, yang menyebabkan perselisihan juga diantara orang Yahudi, mengenai siapakah yang harus diikuti.
Maka, Yohanes dengan tegas berkata: “Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil” Ini menujukkan bahwa Yohanes sadar siapa dirinya. Dia sadar bahwa dia hanyalah orang yang akan menyiapkan jalan bagi Dia yang akan datang. Dia yang akan membebaskan orang Israel dari penderitaan. Dia yang akan menyelamatkan bangsa Israel. Dia yang telah dijanjikan oleh Allah melalui paranabi. Dia yang telah dinubuatkan.
Yohanes sadar bahwa dirinya tidak dibisa lebih besar dari Yesus yang sedang membabtis ditempat yang sama dengannya. Dia menyadari bahwa kuasa itu tidak akan pernah datang kalau tidak dari Tuhan sendiri. Maka, Yohanes percaya bahwa siapapun yang diikuti kalau memang benar-benar berasal dari Allah itu adalah yang benar.
Injil mengajarkan pada kita hari ini untuk selalu mawas diri dan tidak menuding orang lain mengenai kebenaran yang datang dari Allah. Sebab, apa yang datang dari Allah, Allah sendirilah yang berkarya di dalamnya. Orang lain tidak akan bisa membatalkan apa yang datangnya dari Allah. Maka, marilah kita melayani Allah dengan setulus hati.

Doa
Bapa, bantulah kami hari ini untuk senantiasa dapat melayani Engkau dengan setulus hati.

Hari Biasa Setelah Penampakan Tuhan (P)

Jumat, Tanggal 8 Januari 2010

BcE. 1 Yoh. 5: 5-13; Mzm. 147: 12-13, 14-15, 19-20;
Luk 5:12-16 12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." 13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. 14 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapapun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." 15 Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. 16 Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Renungan
Rendahati
Kebanyakan orang cenderung melebih-lebihkan diri jika ia sudah mulai terkenal. Banyak orang akan melihat kelebihannya dan cenderung menolah kekurangannya. Padahal kekurang juga pasti selalu ada dalam diri seseorang, siapa pun dia.
Saya mau memberikan contoh konkrit untuk mengawali renungan ini. Ada dua orang gadis kembar yang sangat cantik. Walau mereka kembar, tetapi mempunyai watak yang berbeda. Katakanlah nama mereka Mariana dengan Mariani. Seperti yang saya katakan, semua sama dalam diri mereka kecuali kepribadian dan watak mereka. Mariana gadis yang cenderung pesolek. Dia sangat suka memamerkan kecantikannya. Dia selalu menunjukkan betapa cantiknya dirinya. Seringkali, dia ingin dikenal banyak orang.
Berbeda dengan Mariani. Dia cenderung tidak terlalu berlebihan. Dia tidak mau macam-macam. Hatinya tulus dan suka menolong orang lain. Sering kali orang memujinya karena sikapnya yang suka menolong orang lain. Akan tetapi, dia lebih cenderung untuk merendahkan diri dan kembali ke dalam dirinya. Dia menyadari di balik semuanya itu Tuhanlah yang berkarya dalam dirinya.
Demikian juga Yesus. Dalam injil hari ini Dia lebih memilih tidak dikenal orang lain dari pada menjadi terkenal. Dia sadar bahwa semua itu demi kemuliaan Allah. Maka, dia mengundurkan diri dan berdoa.
Kitapun sebagai manusia lemah, hendaklah kita sadar bahwa apa yang kita usahakan tidak akan pernah berhasil kalau hanya karena usaha kita semata. Tuhanlah yang senantiasa ada jika kita butuhkan. Oleh sebab itu, kitapun hendaknya selalu rendah hati dan berharap pertolongan dari Tuhan.

Doa
Bapa, bantulah kami agar selalu berharap atas pertolonganMu.

Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)

Kamis, Tanggal 7 Januari 2010

BcE. 1 Yoh. 4: 19-5:4; Mzm. 72: 1-2. 14. 15bc. 17;
Luk. 4:14-22a 14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. 15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. 16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya.

Renungan
Pikiran yang Negatif, tantangan bagi para Perwarta
Ada seorang romo yang bekerja di paroki asalnya. Dia adalah anak seorang yang dikenal amat miskin di stasi tempat dia tinggal. Banyak orang tidak percaya bahwa akhirnya anak petani miskin itu telah menjadi seorang romo. Mereka seakan tidak percaya dan bertanya satu dengan yang lain, bagaimana mungkin orang itu bisa jadi romo? Padalah biaya untuk pendidikan calon imamkan tidak murah? Dari mana orang tuanya mendapatkan uang untuk membiayai pendidikannya?
Banyak orang mulai berpikiran negatif tehadap romo itu. Bahkan, ada yang berpikir sangat jelek tentangnya. Mereka berpikir bahwa romo itu akan menyelewengkan uang paroki untuk membantu keadaan orang tuanya yang begitu miskin. Padahal, tak sedikit pun terbersit dalam pikiran romo itu untuk melakukan hal tersebut. Dia sangat ingin melayani dengan tulus. Akan tetapi, banyak orang yang berpikiran negatif terhadapnya. Setiap kali dia berkunjung ke stasi asalnya, banyak cibiran dan sindiran, karena keadaan kedua orangtuanya itu.
Hal ini pun sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak orang yang telah mengetahui kelemahan dan kekuarang orang tertentu, akan cenderung menganggap orang itu rendah. Banyak pewarta yang dikenal dari keluarga yang sangat berkekurangan selalu dicibirkan dan cenderung tidak dianggap. Padahal, mereka ingin mewartakan dengan lebih baik dan tulus. Mereka tidak ingin apa-apa dari umat. Mereka hanya ingin mewartakan kabar sukacita dari Allah.
Demikian juga yang terjadi pada Tuhan Yesus. Pada injil hari ini, Yesus ditolah di Nazareth, kampung halamanNya sendiri. Orang-orang yang mengenal-Nya menolak untuk mengakuiNya sebagai utusan dari Allah. Mereka mengenal Yesus sebagai tukang kayu miskin di tempat Dia berasal. Jadi, banya orang seolah-olah tidak percaya. Mereka hanya melihat Yesus sebagai tukan kayu, tanpa melihat sisi lain Yesus.
Banyak orang juga sering berpikiran dangkal dan sering menilai orang dari luarnya saja tanpa melihat hati orang itu. Ini adalah kecenderungan yang jelek dari manusia, yakni berpikiran dangkal dan kurang mendalam. Kadang-kadan kehidupan rohani juga dilihat dari sudut yang sangat dangkal dan manusiawi. Semoga injil hari ini mengajak kita untuk berpikiran lebih mendalam dan tidak menilai orang dari kulit luarnya saja.
Doa
Ya Tuhan Yesus, ajarilah kami hari ini untuk dapat menilai orang tidak hanya dari sisi luarnya saja, tetapi juga dari sisi dalam mereka.

Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)

Selasa, Tanggal 5 Januari 2010

BcE. 1 Yoh. 4: 7-10; Mzm. 72: 1-2, 3-4, 7-8;
Mrk 6:34-44 34Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. 35Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. 36Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." 37Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" 38Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." 39Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. 40Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. 41Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. 42Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. 43Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. 44Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.

Renungan
Belas Kasihan
”.... Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.”
Perikop di atas benar-benar menarik perhatian saya untuk memulai renunang ini. Betapa besarnya kasih Yesus kepada orang-orang yang mengikuti Dia. Dia sangat merasakan apa yang mereka rasakan. Orang-orang yang mengikuti-Nya sudah seharian tidak makan, karena mengikutinya. Dia melihat penderitaan yang besar dalam diri orang-orang yang mengikutinya. Makanya injil hari ini benar-benar menunjukkan belas kasihan yang mendalam dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Rasa belas kasihan itu kemudian menggerakkan Yesus untuk memberi mereka makan.
Para murid sempat tidak menyetujui apa yang ingin dilakukan Yesus. Protes ini terjadi karena merekapun hampir tidak makan karena memang tidak ada makanan. ”Hanya lima roti dan dua ikan.” Benar saja, manamungkin makanan sebaganyak itu bisa memberi makan kepada lima ribu orang, itupun hanya laki-laki, belum termasuk permpuan dan anak-anak.
Akan tetapi itukan pikiran manusia. Para murid lupa bahwa Yesus adalah Allah sendiri. Allah sendiri merasa berbelas kasihan kepada umatnya yang sangat membutuhkan pertolonganNya. Yesus perenah berkata dalam bagian lain dari injil, apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah. Jadi, Tuhan Yesus benar-benar menunjukkan kuasanya. Dia menjadikan orang-orang itu kenyang hanay dengan lima roti dan dua ikan. Bahkan dikatakan masih sisa duabelas keranjang lagi.
Memang, segala sesuatu bersumber dari Allah sendiri dan manusia sendiri berasal dari Allah. Oleh sebab itu, tidak mungkin Allah membiarkan manusia menderita. Dia selalu memberikan apa yang dibutuhkan oleh manusia, walau manusia sering tidak mau menerima kehadiran Tuhan.

Doa
Tuhan Yesus, bantu dan bimbinglah kami agar selalu mengasihi orang lain tanpa pandang bulu.

Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)

Senin, Tanggal 4 Januari 2010

BcE. 1 Yoh. 3: 22-4: 6; Mzm. 2: 7bc-8, 10-12a;
Mat. 4:12-17, 23-25 12 Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. 13 Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, 14 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 15 "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, 16 bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." 17 Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. 24 Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. 25 Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.

Renungan
Pertobatan dan Kesembuhan
Sejak saat itu Yesus memberitakan: ”Bertobatlah sebab kerajaan Sorga sudah Dekat!” Seruan di atas mau menunjukkan bahwa Yesus mulai mewartakan keselamatan dan pertobatan itu bukan diawali diwilayah Israel. Kita bisa baca dari perikop sebelum teks ini. Ini semakin mengukuhkan bahwa sebenarnya, Yesus bukan saja diutus untuk orang Yahudi saja, tetapi juga bangsa-bangsa lain. Yesus telah memulai karyanya di tanah Zebulon dan Naftali, yang nota bene wilayah bukan Yahudi bahak bisa dikatan orang yang tidak mengenal Allah, seperti yang dikatakan pada ayat 16: bangsa yang dia dalam kegelapan.... perikob ini semakin menguatkan apa yang kita rayakan pada hari sebelumnya.
Akan tetapi yang paling penting adalah ’pertobatan’. Perotbatan yang bagaimana? Kita mungkin harus memulai dari hal-hal yang kecil. Yang pertama kita lakukan adalah meneguhkan hati kita untuk memulai pertobatan yang sesungguhnya. Setelah itu, kitapun mulai bertobat dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Kita tidak perlu melakukan hal-hal bersar. Kita bisa mulai dari hal kecil seperti, mulai untuk tidak berbohong dalam hal kecil. Karena dosa yang paling sering muncul adalah dari hal-hal kecil seperti itu dan kebanyakan keluar dari mulut kita. Mulut kita harus benar-benar dikendalikan dengan baik.
Baru kemudia kita instrofeksi diri. Kita mulai masuk dalam hati. Kita mulai membersihkan hati dan pikiran kita. Dengan demikian, kita sedikit demi sedikit mengarahkan pikiran kita kepada Tuhan. Dengan bertobat, kita pun tidak hanya diselamatkan tetapi juga dapat berbagi keselamatan denga orang lain. Berbagi keselamatan berarti kita pun dapat membantu saudara-saudari kita untuk mendapat keselamatan juga.

Doa
Bapa, bantulah kami untuk selalu instroveksi diri dan mulai bertobat demi kemuliaan nama-Mu.

HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN (P)

Minggu, Tanggal 3 Januari 2010

BcE. Yes. 60: 1-6; Mzm. 72: 7-8, 10-11, 12-13; Ef. 3: 2-3a, 5-6;
Mat. 2:1-12 1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." 3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. 4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. 5 Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: 6 Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." 7 Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. 8 Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia." 9 Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. 10 Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. 11 Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. 12 Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

Renungan
Tuhan datang buat semua orang
Hari Raya Penampakan Tuhan merupakan salah satu menjadi puncak dari perayaan Natal. Bahkan gereja Ortodoks merayakan hari raya natal pada saat perayaan ini. Hari Raya Penampakan adalah hari raya yang mau mengatakan bahwa Tuhan Yesus lahir bukan saja untuk orang Yahudi, tetapi untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya dan perutusan yang akan dijalankannya.
Injil hari ini menceritakan bahwa orang-orang majus dari timur menemukan di mana Yesus dilahirkan. Mereka sangat bersukacita karena telah menemukan di mana tempat kelahiran Yesus. Mereka menyampaikan hadiah sebagai rasa syukur mereka atas kelahiran sang Raja pembawa keselamatan.
Ini semakin menguatkan bahwa Kelahiran Yesus adalah sukacita bersar bagi dunia. Bukan saja bagi bangsa Yahudi, tetapi juga bagi setiap orang yang menantikan dan mengharapkan kedatangannya.

Doa
Ya Yesus, kami bersyukur atas kelahiranmu ke dunia ini untuk kami.

Pw. St. Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianze, UskPujG (P)

Sabtu, Tanggal 2 Januari 2010

BcE. 1 Yoh. 2: 22-28; Mzm. 98: 1, 2-3ab, 3cd-4;
Yoh. 1:19-28 19 Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" 20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." 21 Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" 22 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" 23 Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." 24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. 25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" 26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, 27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." 28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.

Renungan
Kejujuran
Perikop kali ini merupakan pengakuan Yohanes Pembabtis tentang siapa dirinya dan siapa yang akan diutus meyelamatkan orang-orang Israel. Pada Injil hari ini diceritakan bahwa Yohanes tidak berbohong tentang apapun yang dibicarakan. Ini bukan siapa yang menjadi utusan dan siapa yang menjadi siapa. Akan tetapi, bagi Yohanes kejujuran dari setiap perkataan adalah yang terpenting. Maka ketika utusan-utusan dari pemuka Yahudi betanya tentang siapa dirinya, dia tidak menyebutka siapa-siapa dia berkata bahwa, dia bukanlah mesias, karena dia memang bukan mesias. Dia juga berkata bahwa dia bukanlah Elia, karena dia memang bukan Elia tetapi Yohanes. Dia juga berkata bahwa dia bukanlah nabi yang akan datang. Dia hanya berkata kalau dia adalah ”suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan bagi Tuhan!”
Kejujuran Yohanes ini menuai pertanyaan dari orang Farisi mengenai kegiatannya yang membabtis orang, karena dia bukanlah mesias. Karena menurut kepercaan orang Yahudi saat itu, bahwa mesias yang akan datang itu akan membabtis orang dan menyerukan pertobatan. Ini adalah keraguan terbesar dari orang Yahudi. Kalau memang Yohoanes bukan mesias lalu mengapa ia mambabtis?
Lalu Yohanes kembali menjelaskan kalau dia hanya membabtis dengan air tetapi orang yang dimaksudkan orang Yahudi itu akan membabtis dengan cara yang jauh berbeda. Dalam pengakuan Yohanes itu juga disebutkan kalau untuk membuka tali kasut-Nyapun dia tidak pantas. Boleh dikatakan bahwa orang yang akan datang itu jauh lebih besar dari pada Yohanes Pembabtis.
Perikop kali ini mengajarkan kepada kita bahwa suatu pengakuan yang jujur akan selalu menuai pertanyaan dari orang-orang yang selalu berpikiran sirik. Oleh sebab itu, baiklah setiap orang jujur dalam memberitakan segala sesuatu. Sebab kalau tidak, pasti akan ketahuan juga kebohongan itu. Karena tidak mungkin orang dapat menyimpan bangkai dalam waktu lama, karena pada suatu ketika baunya akan tercium juga. Demikian juga dengan kebohongan.

Doa
Bapa, bantulah kami untuk selalu berkata jujur kepada siapapun.

HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA BUNDA ALLAH (P)

Jumat, Tanggal 1 Januari 2010

BcE. Bil. 6:22-27; Mzm. 67: 2-3, 5, 6, 8; Gal. 4: 4-7;
Luk. 2:16-21 16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. 17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. 18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. 19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. 20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. 21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.

Renungan
Tahun Baru Semangat Baru
Hari ini merupakan permulaan dari tahun yang baru, tahun 2010. Pada hari ini juga, Gereja merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah. Banyak orang yang meragukan perayaan ini, terutama dari kalagan agama lagi, tidak terkecuali dari saudara kita Protestan. Mereka melihat Bunda Maria hanya sebagai bunda biologis dari Yesus sebagai manusia. Mereka tidak melihat peran bunda Maria yang sangat penting dalam misteri keselamatan, sehingga gelar itu sebenarnya patut disematkan pada nama Bunda Maria.
Jika Bunda Maria adalah bunda Yesus, dan setiap orang Kristen percaya kalau Yesus adalah Tuhan dan Allah, maka secara otomatis Bunda Maria adalah bunda Tuhan/ Allah. Bunda Maria memang bukanlah Allah, tetapi jika Allah sendiri ingin lahir dari Bunda Maria, siapakah yang akan melarang.
Coba kita reungkan bersama, apakah karya penyelamatan melalui Tuhan Yesus akan tercapai, jika saja Bunda Maria tidak dengan tulus mau menerima kabar gembira yang diberitakan oleh malaikan Gabriel kepadanya? Kita bisa bayangkan, berapa besar masalah yang akan ditanggung oleh Maria ketika banyak orang tahu kalau dia hamil diluar nikah. Apalagi dalam tradisi Israel saat itu, orang yang hamil di luar nikah adalah perbuatan zinah, dan hukumannya adalah hukuman mati. Begitu beratnya beban yang ditanggung oleh Bunda Maria. Akan tetapi, dia tidak menolah Sabda Allah yang akan dibayanya dalam dirinya. Dia tetap menyimpan semua itu dan merenungkannya. Dengan demikian Bunda Maria telah mengajarkan kita untuk menjadi seorang yang tulus dan selalu berefleksi tentang apapun yang kita alami.
Demikian juga pada injil hari ini, Bunda Maria digambarka sebagai orang yang sangat tulus dan mennyimpan serta mereflesikan apa yang dialaminya. Oleh sebab itu saudara-saudari yang terkasih, marilah kita dengan teladan Bunda Maria juga selalu bereflesi dan merenungkan bahwa Tuhan selalu berkarya dalam setiap segi kehidupan kita.

Doa
Bapa, bantulah kami selalu untuk mampu merefleksian setiap segi dari kehidupan kami. Amin.