Selamat datang bagi teman-teman yang ingin mencari informasi tentang ilmu pengetahuan, renungan harian dan berbagai hal dan juga dapat berbagi hal di sini...!!!

Rabu, 16 Juni 2010

Konsep Tentang Seni Menurut Gadamer

A. Pendahuluan
Seni selama ini hanya dianggap sebagai suatu wadah untuk menyalurkan ekspresi pribadi. Seni juga sering diartikan sebagatas musik, gambar, drama, atau banyak dunia iburan yang lain. Orang mengira seni itu hanya sebatas ruang lingkup itu. Mereka tidak mengerti bahwa seni sebenarnya lebih dari sekadar dunia hiburan dan wadah mengekspresika diri.
Hans-Georg Gadamer, seorang penulis kontemporer di bidang hermeneutik memikirkan hal lain tentang seni. Dia memikirkan seni lebih dari apa yang selama ini dipikirkan orang kebanyakan. Gadamer memikirkan seni dari sudut filsafat. Dia berpikir bahwa di dala seni kita akan menemukan kebenaran.
Saya adalah salah seorang penggemar seni seperti apa yang dilihat oran selama ini. Saya sering mengatakan diri saya sebagai seniman. Saya selama ini menekuni bidang musik. Saya mengembangkannya sebagai bagian adari diri saya sendiri. Saya benar-benar menghidupi musik dan hidup dalam musik. Saya mengira kalau sini hanya sebatas menyanyi dan membuat musik.
Akan tetapi, saya harus meninjau kembali apa yang saya pikirkan itu. Saya harus melihat seni dari sisi yang lain. Saya tidak ingin terjebak dalam pandangan sempit saya. Oleh sebab itu saya ingin mencoba melihatnya dari sudut pandang hermeneutik. Saya akan mencoba mengikuti pemikiran Gadamer tentang seni.
Saya akan mencoba memahami pandangan Gadamer ini. Saya akan menuangkannya dalam karya tulis yang sedang saya buat ini. Saya berharap dapat memahami pemikiran ini dan menjelaskannya dengan baik dalam karya tulis ini. Saya juga hanya mengambil hanya dari buku E. Sumaeyono tentang Hermeneutik – Sebuah Metode Filsafat. Saya kemudian mencoba memahaminya dan menjelaskannya seperti yang saya mengerti.

B. Hubungan Hermeneutika dan Bahasa
1. Perkembangan Hermeneutika
Gadamer adalah seorang filsuf kontemporer. Dia menekuni bidang hermeneutika. Akan tetapi apakah hermeneutika itu? Ini suatu pertanyaan yang pertama-tama harus kita jawab.
‘Hermeneutik’ berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani hermeneuein yang berarti ‘menafsirkan’. Kata ini dapat dibandingkan juga dengan kata benda hermeneia yang berarti penafsiran atau interpretasi. Dengan kata lain, hermeneutikan adalah ilmu tentang penafsiran. Apakah ini termasuk kitab suci, atau bahkan hanya kepada kitab suci sajakah?
Awalnya, hemeneutika hanya ditujukan untuk menafsirkan kitab suci. Ini bisa jadi karena pada masa itu, orang masih memfokuskan diri dengan hidup rohani. Kita bisa memahami hal ini, karena pada saat itu kekristenan memang sedang berkembang. Saya juga melihat betapa pentingnya hidup rohani pada masa itu.
Dalam perkembangannya, hermeneutik menjadi tidak terbatas dalam penafsiran kitab suci. Hermeneutik menjadi ilmu yang sangat luas cakupannya. Hermeneutik sekarang bahkan mencakup filsafat.
Hermeneutik masuk filsafat sebenarnya tidak dimuliai pada jaman modern ini. Hermeneutik sudah dilibatkan dalam penafsiran teks-teks filsafat sejak jaman para filsuf Yunani Kuno. Kita dapat melihatnya pada tokoh mitologi Yunani Kuno yang bernama Hemes, seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada Manusia. Inilah jugalah yang ditekuni oleh Gadamer, tokoh yang pemikirannya akan kita bahas kali ini.
2. Hermeneutik dan Bahasa
Hermeneutik pada dasarnya berhubungan dengan bahasa. Bahasa merupakan ekspresi kehidupan kita. Melalui bahasa kita dapat melakukan apapun. Kita dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui bahasa. Kitada dapat mengekspresikan diri kita juga melalui bahasa. Bahkan, kita beraktifitas dalam kehidupan kita sehari-hari juga berkat adanya bahasa.
Manusia sebagai makhluk sosial juga membutuhkan bahasa. Jika bahasa tidak ada, manusia tidak berada dalam dirinya sendiri sebagai makhluk sosial. Ini dikarenakan dia tidak lagi dapat bergaul dengan manusia lainnya. Bagaimana mungkin manusia dapat disebut sebagai maluk sosial.
Hermeneutik adalah cara baru untuk ‘bergaul’ dengan bahasa. Bahasa dapat menjadikan orang semakin mengerti apa yang orang lain komunikasikan kepada kita. Bahasa akan memungkinkan kita untuk membuat orang mengerti apa yang kita pikirkan. Bahasa juga akan mampu dengan kata lain membuat kita dan orang lain semakin mengerti satu dengan yang lain. Dengan kata lain, bahasa akan membuat kita mampu menangkap apa yang orang inginkan dari kita.
Bahasa menjadikan orang semakin mengerti kebudayaan yang mereka miliki. Bahasa menjadikan orang semakin berani menanyakan identitas pribadi mereka. Dengan kata lain, bahasa membatu setiap orang semakin mengenali dirinya. Hermeneutika membuat orang dapat berinteraksi dengan orang lain dan menjadi diri mereka sendiri.

C. Hermeneutik dan Seni dalam Berbahasa
1. Seni sebagai bagian dari Kehidupan Manusia
Saya melihat bahwa orang kebanyakan hanya melihat seni sebatas mereka dapat memandangnya. Banyak orang hanya melihat seni hanya sebatas dapat menghibur atau dapat membuat mereka merasa puas. Banyak orang hanya melihat seni sebatas mereka dapat membuat suatu yang sama sekali baru dan unik.
Banyak orang hanya menganggap seni sebagai tempat dimana mereka dapat menghasilkan banyak uang. Seni menjadi tempat untuk selalu eksis dalam kehidupan dan memperoleh apa yang mereka inginkan selama ini. Seni hanya sebagai pelampiasan bagi orang-orang yang menganggap dirinya seniman.
Seni sebenarnya menjadi salah satu wujud keindahan yang tak ternilai harganya. Seni seharusnya menjadi cerminan pribadi dari masing-masing orang yang berkecimpung di dalamnya. Seni juga seharusnya menjadi wujud dari cinta. Seni boleh dikatakan menjadi bagian dari hidup setiap orang.

2. Paham tentang Seni Menurut Gadamer
Untuk pembahasan bagian ini, baik kita mulai dari latar belakang Gadamer sendiri. Gadamer memiliki pengalam yang amat dalam tentang seni. Gadamer percaya kalau seni memiliki suatu kebenaran. Seni ditempatkan dalam persfektif baru. Dia melihat suatu kedalaman dalam seni. Gadamer percaya bahwa kebenaran yang dapat kita peroleh dari seni adalah kebenaran yang menurut faktanya “menentang semua jenis penalaran”. Seni tidak hanya menyangkut lukisan, musik, syair puisi dan lain sebagainya. Seni menjadi bagian terdalam dari semuanya itu. Seni merupakan makna yang dapat diambil dari semuanya itu.
Gadamer membahas empat konsep tentang manusia yang memperkaya hermenutik. Keempat konsep: bildung atau kebudayaan, sensuscommunis atau ‘pertimbangan praktis yang baik’, pertimbangan dan taste atau selera. Saya akan mencoba mengungkapkan keempatnya pada bagian ini sejauh dapat saya mengerti.

a. Bildung
Bildung adalah konsep-konsep yang meliputi seni, sejarah, pandangan dunia, pengalaman, ketajaman pikiran, dunia eksternal, kebatinan, ekspresi atau ungkapan, stile atau gaya dan yang kesemuanya itu kita mengerti saat ini sebagai istilah di dalam sejarah. Bildung merupakan konsep yang menunjukkan kebudayaan. Bahkan bisa jadi lebih dari itu. Dalam bukunya, E. Sumaryono menjelaskan kembali apa yang diungkapkan oleh Gadamer dengan mengatakan kalau bildung lebih dari sekedar kebudayaan. Bildung yang dimaksud oleh Gadamer dalam hal ini bisa jadi mencakup keseluruhan yang ada di dalam kebudayaan itu. Oleh sebab itu, hermeneutika membahas segala unsur kebudayaan sampai ke kedalamannya.

b. Sensus Communis
Gadamer menggunakan ungkapan ini bukan sebagai ‘pendapat umum’ atau pendapat kebanyakan orang umumnya, melinkan pertimbangan praksis yang baik. Sensus communis bukan mau melihat bagaimana orang berpendapat, akan tetapi mutu dari pendapat itu. Ini mengibaratkan orang wajib mempertimbangkan setiap pendapat yang mereka ambil. Jadi, hasil dari pertimbangan itu harus benar-benar memberi pengaruh yang baik bagi setiap orang. Ini bisa jadi sangat mirip dengan apa yang tertera pada konsep ketiga nanti yakni mengenai ‘pertimbangan’. Hanya saja, konsep ini lebih merujuk pada hasil yang akan di capai.

c. Pertimbangan
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, konsep ini benar-benar mempunyai kemiripan dengan konsep di atas. Konsep ini juga akan menetukan bagaiman hasil akhir yang akan didapat. Pertimbangan sifatnya adalah universal, namun bukan berarti berlaku umum. Saya sendiri tidak terlalu mengerti mengenai konsep ini dan penjelasannya. Saya merasa bingung antara perbedaan universal dan umum. Ini mungkin bisa menjadi pertanyaan sendiri bagai saya untuk lebih diperdalam.

d. Taste atau Selera
Gadamer berpendapat kalau selera sama dengan rasa, yaitu dalam pengoperasiannya tidak memakai pengetahuan akali. Ini sangat sulit untuk dimengerti. Saya awalnya berpikir soal makanan atau hobi, atau apa saja yang berkaitan dengan apa yang diminati bersama. Akan tetapi, apa yang dipahami oleh Gadamer dalam hal ini mungkin sekali bukan itu.

D. Analisa Pribadi
Apa yang dipahami oleh Gadamer mengenai seni memang semakin membukan mata saya terhadap seni. Saya menganggap seni hanya sebatas musik, lukisan dan lain sebagainya tanpa melihat makna terdalam dari seni itu sendiri. Seni merupakan suatu bagian dari hidup yang mungkin mempunyai makna yang paling dalam.
Seni bukan tidak semestinya dilihat dari apa itu karya seni. Seni memang harus dipandang dari kedalaman karya seni itu. Apa sebenarnya yang mau ditunjukkan dari karya seni yang sedang ditampilkan. Gadamer benar dalam hal ini. Dan saya setuju kalau karya seni itu harus dilihat dari makna yang terkandung di dalamnya. Inilah yang dimaksud oleh Gadamer sebagai seni yang sebenarnya, yaitu tafsiran terdalam dari pengalam hidup setiap manusia.






Daftar Pustaka
Sumaryono, E, Hermeneutik – Sebuah Metode Filasafat, Jogjakarta: Kanisius, 1993