Selamat datang bagi teman-teman yang ingin mencari informasi tentang ilmu pengetahuan, renungan harian dan berbagai hal dan juga dapat berbagi hal di sini...!!!

Senin, 26 Oktober 2009

Hume Melawan Kausalitas

A. Pendahuluan
Filsafat modern merupakan suatu ranah filsafat yang penuh dengan kejutan. Banyak pemikiran yang akhirnya saling bertentangan bahkan saling mematikan atau membunuh. Setiap pemikiran punya kekhasannya masing-masing. Kadang kala, kita menjadi bingung, karena tidak tahu mana yang benar dan harus diikuti dan mana yang salah (harus ditinggalkan).
Filsafat modern bisa dikatakan sebagai pemberontakan intelektual. Filsafat modern adalah suatu kritikan terhadap ilmu pengetahuan yang sudah ada dan mengakar. Segala sesuatu yang sudah diyakini sebagai suatu kebenaran, sepertinya mau digoncangkan oleh filsafat modern.
“Pemberontakan intelektual itu bisa dilihat dari dua sudut yang berbeda. Di satu sisi, kita bisa menganggap modernitas itu sebagai disintegrasi intelektual. Di sisi lain, kita bisa menganggap itu sebagai sebuah emansipasi, sebuah kemajuan berpikir....”
Demikian juga dengan David Hume, yang akan saya bahas dalam karya tulis kecil ini. Dia adalah seorang filsuf yang benar-benar membuat orang guncang keyakinannya dan semakin bingung dengan pemikiran-pemikiran Hume. Hume selalu membuat spekulasi yang cenderung melawan apa yang telah menjadi keyakinan banyak orang dan membuat orang akhirnya kebingungan bahkan cenderung semakin tidak mengerti apa yang sedang dipikirkannya.
Saya ingin sedikin mencerna kebingungan-kebingungan yang disebabkan oleh pemikiran Hume tentang sebab akibat. Saya mau mencoba mengerti pemikirannya dalam karya tulis singkat ini, apa yang menjadi argumennya yang menganggap kausalitas itu tidak ada.
B. Sekilas Tentang David Hume
David Hume sebenarnya meminati studi klasik filsafat dan secara mendiri mempelajari filsafat serta kesusastraan, selama menjadi mahasiswa. Tetapi, ini bertentangan dengan keinginan ibunya yang menghendaki dia untuk studi tentang hukum. Akan tetapi, lama kelamaan menjadi semakin jelas bahwa Hume menyukai filsafat.
Seiring berjalannya waktu, Hume malah menkritik habis-habisan idea-idea yang ada dalam ranah pemikiran filsafat klasik. Dia membuat kritik-kritik yang tajam terhadap seluruh filsafat klasik. Hume juga menjadi seorang skemptikus yang sangat radikal. Dia mengkritik banyak hal yang dianggapnya kurang tepat dan menyesatkan banyak orang. Hume merasa pandangan-pandangan yang sudah ada dan telah dianggap sebagai kebenaran adalah sesuatu yang perlu dipertanyakan lagi.
Romo Lorens Bagus dalam Kamus Filsafat yang ditulisnya, memuat beberapa pokok utama dalam skeptisisme Hume, sebagai berikut:
1. Individu tidak pernah dapat memperoleh pengetahuan tentang pokok persoalan yang nampak sebelumnya dengan gagasan-gagasannya.
2. Tidak mungkin kita memilih pengetahuan tentang apapun yang ada di belakang kesan-kesan kita, seperti substansi atau Allah.
3. Tidak pernah dapat diberikan pembenaran rasional bagi keyakinan atau apapun yang bukan kesan indrawi segera.
4. Tidak pernah dapat dicapai kebenaran-kebenaran faktual tentang dunia luar atau tentang realitas entah dengan induksi atau dengan deduksi.
5. Dengan demikian, tidak pernah dapat diberikan pembenaran yang empiris atau rasional untuk hal-hal seperti keyakinan atau substansi, keyakinan akan adanya dunia luar, keyakinan akan adanya Allah dan keyakinan akan adanya sesuatu diri.
Sikap skeptisnya ini membuat pemikiran-pemikiran Hume semakin kontrofersial dan bahkan kurang mendapat respon dari orang banyak. Budi Hardiman juga menuliskan dalam bukunya tentang Filsafat Modern tentang skeptisisme Hume terhadap Agama. Dalam buku ini dikritik empat pemikiran tentan agama, yakni: pandangan deisme agama, pandangan atas pemikiran-pemikiran immortalitas, pemikiran atas mukjizat, dan pemikirang atas takhayul. Meskipun demikian, Hume tidak menyatakan diri sebagai seorang yang anti agama. Dia hanya ingin meluruskan pandangan-pandangan agama yang menurutnya kurang real atau nyata. Bertrand mengutip dengan lebih jelas perkataan Hume berkaitan dengan sikap skeptisnya:
“Semua alasan yang mungkin tidak lain merupakan satu jenis sensasi.kita mesti mengikuti selera dan sentimen kita, bukan hanya di dalam puisi dan musik, namun juga dalam filsafat. Sebab prinsip yang saya pahami tidak lain hanyalah sebua gagasan yang sangat mempengaruhi saya. Ketika saya, lebih memilih sekumpulan argumen ketimbang argumen yang lain, apa yang saya lakukan itu tidak lain adalah memutuskan berdasarkan perasaan saya tentang keunggulan pengaruh argumen-argumen itu. Obyek tidak memiliki hubungan teramati satu sama lain; tidak dari prinsip manapun, tetapi dari kebiasaan yang berlaku dalam imajinasi, sehingga kita dapat menarik simpulan apa pun dari penampakan yang satu hingga keberadaan yang lain.”
Hume juga membagi cara kerja pikiran manusia menjadi tiga prinsip. Prof. Dr. Toeti Heraty Noerhadi, mencoba menjabarkannya sebagai berikut: Pertama, prinsip kemiripan yaitu mencari kemiripan antara apa yang ada di benak kita dengan kenyataan di luar. Kedua, prinsip kedekatan yaitu kalau kita memikirkan sebuah rumah, maka berdasarkan prinsip kedekatan kita juga berpikir tentang jendela, pintu, atap, perabot sesuai dengan gambaran rumah yang kita dapatkan lewat pengalaman inderawi sebelumnya. Ketiga, prinsip sebab-akibat yaitu jika kita memikirkan luka, kita pasti memikirkan rasa sakit yang diabaikan olehnya. Akan tetapi, prinsip yang ketiga akan menjadi perhatian saya, dalam pembahasan dalam karya tulis ini. Saya mau mencoba melihat bagaiman Hume mengkritisi hukum sebab-akibat, seperti yang sudah saya jelaskan pada pembukaan di atas.
C. Pemikiran tentang Kausalitas
Menurut Loren Bagus dalam Kamus Filsafat yang ditulisnya, kausalitas berasal dari kata Inggris causality , yang dalam bahasa Latin causa yang berarti sebab. Lorens Bagus menyarankan beberapa pengertian, sehubungan dengan kausalitas:
1. Kategori filosofis yang menunjukkan kaitan genetik misalnya antara gejala-gejala satu antara gejala-gejala tersebut, yang disebut sebab menentukan yanglainnya, yang disebut akibat atau konsekuensi.
2. Kausalitas berarti (menunjukkan) masuknnya suatu sebab atas akibat dan juga hubungan yang muncul sebagai akibat aktvitas ini.
3. Biasanya yang dimaksudkan dengan kausalitas ialah terjadinya hubungan melalui bekerjanya suatu sebab efisien. Hubungan ini dijalankan secara khusus bila suatu sebab efisient.
Dalam bagian lain dari kamus ini, Lorens Bagus juga menjelaskan tentang, sebab (Inggris: cause, dan Latin: causa), yang berkorelasi dengan akibat. Lorens Bagus mengartikannya sebagai apa yang menetukan, menghasilkan, mengkondisikan suatu akibat, atau anteseden yang niscaya dari suatu akibat.
Menurut Aristoteles, tiap-tiap kejadian mempunyai penyebab yang semua harus disebut, jika ingin mengartikan kejadian itu. Dua penyebab menentukan kejadian dari luar dan karena itu bersifat lahiriah. Dua penyebab lain bersifat intern (analisa Aristoteles mengenai perubahan). Keempat penyebab itu adalah sebagai berikut:
1. Penyebab efisien (efficient cause): inilah sumber kejadian; inilah faktor yang menjalankan kejadian. Misalnya, tukang kayu membuat sebuah kursi.
2. Penyebab final (final cause): inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Mis: kursi dibuatsupaya orang dapat duduk di atasnya.
3. Penyebab material (material cause): inilah bahan dari mana benda dibuat. Misalnya, kursi dibuat dari kayu.
4. Penyebab formal (formal cause): inilah bentuk yang menyusun bahan. Misalnya, bentuk 'kursi' ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi kursi.
D. Hume Melawan Kausalitas
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Hume adalah seorang skeptikus yang sangat keras dan radikal. Dia selalu mempertanyakan banyak hal, yang menurutnya kurang pas atau kurang tepat seperti apa yang diharapkannya. Dia ingin merubah banyak hal yang menjadi kebenaran yang sangat diagung-agungkan pada jamannya. Dia sepertinya mau mengobok-obok kebenaran yang selama ini dianut oleh banyak orang.
Salah satu argument dari Hume adalah penolakannya terhada hukum sebab-akibat atau yang lebih kita kenal dengan hukum kausalitas. Bahkan menurtut Bertrand Russel, ini merupakan argumennya yang terkuat. Dia tidak pernah menerima adanya sesuatu menyebabkan yang lain terjadi (A menyebabkan B). Hume bukannya tidak mengakui bahwa segala sesuatu tidak saling berhubungan. Segala sesuatu yang ada berhubungan satu dengan yang lain. Akan tetapi, hubungan ini bukan dalam arti sebab akibat. Ini hanya berkaitan dengan gejala yang satu disusul oleh gejala yang lain. Bisa dikatakan, ada satu kejadian kemudian disusul oleh kejadian lain.
Salah satu contoh yang diberikan oleh F. Budi Hardiman dalam bukunya untuk menjelaskan perlawanan Hume terhadap hukum kausalitas adalah kasus api menyalah, menyentuh kertas, dan kertas takbisa disimpulkan bahwa api menyebabkan kertas tersebut terbakar, sebab yang bisa kita ketahui hanyalah bahwa kertas itu terbakar setelah menyentut api. Jadi, menurut Hume ini tidak dapat disebut sebagai hubungan antara sebab akibat.
Contoh yang lain datang dari Bertrand Russel, menengenai hubungan nyeri mendadak dengan rintihan. Pandangan ini terkait dengan psikologi manusia, dimana terdapat hubungan antara kemauan dengan tindakan, yang merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar urutan tetap. Dan pandangan ini akan sangat sulit ketika dikaitak dalam pandangan fisiologis.
Bagi Hume, kosep kausalitas hanyalah “anima faith” (kepercayaan naif) kita belaka yang tidak punya dasar. Dalam hal ini, Hume mau mengatakan bahwa hubungan segala sesuatu tidak sekedar hanya hubungan sebab akibat belaka, tetapi lebih dari itu. Hubungan dari segala sesuatu bahkan dapat dilihat dalam suatu proses, dimana sesuatu terjadi setelah yang lain terjadi. Jadi, menurut Hume hubungan itu tidak terjadi secara langsung dari yang khusus kepada yang umum.
E. Kesimpulan (Suatu Analisis Pribadi)
Saya selaku penulis, sebenarnya sangat kesulitan memberi pendapat tentang pendapat Hume yang mengkritisi hukum kausalitas di atas. Saya sendiri tidak melihat adanya suatu perbedaan yang cukup mendasar antara kedua pendapat di atas.
Hanya saja, Hume memberti pandangan yang lebih rinci mengenai hubungan dari segala sesuatu. Saya melihat bahwa Hume ingin menjelaskan suatu proses yang penuh dengan tahap demi tahap dan harus di jalani. Jadi, tidak melompat terlalu jauh seperti yang ada dalam hukum kausalitas.
Hume tidak mau mejelaskan fenomena kertas terbakar disebabkan api, tapi bagaimana kertas itu bisa terbakar. Api yang dinyalahkan kemudia menyentuh kertas lalu terbakar. Jadi tidak ada lompatan peristiwa, seperti yang dijelaskan di atas.
Lagi pula, Hume mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak harus menurut pada apa yang ada, akan tetapi mengkritisinya secara sehat dan logis. Hume ingin menekankan bahwa ilmu pengetahuan itu sebenarnya lebih dari sekedar mengetahui dan menerapkan tetapi juga mengkritisi. Sehingga ilmu pengetahuan itu tidak hanya berada pada taraf probabilitas, sehingga tidak akan pernah mencapai taraf keniscayaan. Kita diingatkan kembali bahwa ilmu pengetahuan itu masih harus berkembang. Tugas kitalah untuk mengembangkannya. Inilah yang disebut skeptisisme positif.






Daftar Pustaka
Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern-dari Machiavelli sampai Nietzsche. Gramedia: Jakarta. 2007
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat. Gramedia: Jakarta. 1996
Noerhadi, Heraty, Toeti, Prof. Dr, Menyoal Obyektivisme Ilmu Pengetahuan-dari David Hume sampai Thomas Kuhn. Terajuh: Bandung. 2002
Bertens, K, Dr, Sejarah Filsafat Yunani I. Kanisius: Yogyakarta. 1995
Russel, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2002

Jumat, 16 Oktober 2009

Diam dan Merenung

Tak terasa sudah 1 Tahun aku ga kembali untuk merenungkan apa yang selama ini menjadi tujuan hidupku. Aku selalu keliru melihat bahwa orang laen selalu jahat padaku. Padahal aku belum tentu baik pada mereka.Makanya, hari ini aku mau merenung kembali dan tinggal dalam keheningan doa dari dalam hati yang paling dalam dan semoga semuanya itu dapat aku jawab dan kembali pada esensiku yang sebenarnya.

Tuhan tolonglah aku.

Selasa, 06 Oktober 2009

horas tano batak

Nungga leleng aku di pangarantoan on. Tung massai godang do namasa, nahuhilala di pangarattoanku. Alai, dang sahalak au namangkilalahon. Tung massai godang do dongan na asing na mangkilalahon i. Makana, dan di dunia maya, dang di dunia nyata, sai godang do halak hita na hujumpa....
Horas ma tu Hita saluhut....

Pir ma pokki bahul-bahul passalongan
pir ma tonditta saluhut, sai tongtong diramoti TUhan

Sahat-sahat disolu ma, sai sahat tu bortean di Tiga Ras
Sai sahat ma hita mangolu, sai sahat tu panggabean jala horas-horas

HOras TAno BAtak...Horas Bangso BAtak

Minggu, 04 Oktober 2009

Kembali ke dalam Hati


Aku selalu merasa didi sebagai seorang pesakitan. Aku ga tau kenapa, yang pasti perasaanku sepertinya selalu dipermainkan oleh cinta. Derita cinta memang sangat menyakitkan dan belum tau kenapa bisa begitu. Kejadiaan beberapa hari yang lalu menjadi tanda kesakitanku berulang kembali.
Cinta memang adalah urusan hati. Aku harus kembali bertanya ke dalam hatiku sendiri. Apakah aku masih mencintainya? Tapi, kenyataannya aku masih mencintainya. Aku bahkan selalu berharap dia akan kembali kepadaku. Aku sudah menetapkan hatiku kepadanya dan hanya untuknya. Tuhan, Tolonglah aku.

Kamis, 01 Oktober 2009

Hatiku terluka

Dua hari yang lalu, aku mendapat kabar yang kurang menyenangkan dari orang yang sangat aku kasihi. Dialah orang yang sangat aku harapkan dapat mengisi kekosongan hatiku ini. akan tetapi, hati ini mungkin akan tetap kosong sampai salama-lamanya, karena kemarin dia menyampaikan hal yang paling tidak aku inginkan. Dia menginginkan hubungan kami berakhir sampai di sini. Aku jadi bingung dan selalu kepikiran ma keputusannya dia. Aku merasa hari itu, tanggal 29 Sebtember tepat jam 11 malam, aku menjadi orang yang paling menderita dan paling tersiksa di seluruh bumi ini. Aku tidak habis pikir, kenapa semua ini selalu terjadi kepadaku.
Aku kadang bertanya kepada Tuhan. Apa sebenarnya yang sedang terjadi padaku? Apa yang membuat aku jadi begini?
Dia, yang udah aku anggap menjadi belahan hatiku kini mulai hilang. Akan tetapi, sampai sekarang pun wajahnya selalu teringat di hati dan pikiranku. Aku kadang berdoa kepada Tuhan, andai kata ini tidak terjadi ya Tuhan? Apa gerangan rencana yang mau Engkau tunjukkan kepada hambaMu ini?
Aku bingung, aku takut, aku ga tau lagi mau bilang apa? Tuhan yang memberi smua ini tetapi jika Dia menginginkannya, Dia pula yang akan mengambilnya dariku. Akan tetapi, jika aku masih bisa berharap, semoga Tuhan tidak mengambilnya dariku. Aku berharap semoga semua ini hanya sementara dan Tuhan mengembalikannya lagi padaku. Tuhan tolonglah aku.